Ketika Layanan Perbankan Eror, Adalah Solusi Pasti?

SIGAPNEWS.CO.ID - Beberapa pekan lalu, layanan bank BSI mengalami gangguan. Sehingga para nasabah tidak dapat melakukan transaksi apapun. Diduga mengalami ransomware, akan tetapi pihak BSI mengatakan bahwa layanan sudah berangsur normal dan pulih sejak Kamis, (11/5/2023).
Perlu diketahui bahwa, ransomware adalah jenis perangkat lunak berbahaya, atau program jahat yang mengancam korban dengan menghancurkan atau memblokir akses ke data atau sistem penting, hingga permintaan tebusan terbayarkan. Dengan demikian, tidak hanya pihak BSI saja yang mengalami kerugian, akan tetapi berdampak pada para nasabah bank itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang harus dilakukan bank BSI untuk menangani permasalahan secara menyeluruh. Hal ini bertujuan memberikan kenyamanan kepada seluruh nasabah secara keseluruhan, serta mencegah terulangnya insiden serupa di BSI atau bank-bank lainnya di masa depan.
Terkait hal ini Direktur Utama BSI, Hery Gunardi pada hari Sabtu (13/5/2023) mengatakan, bahwa gangguan yang terjadi pada BSI akan segera dapat dipulihkan. Serta beliau menambahkan, "prioritas utama kami menjaga data dan dana nasabah." (Kompasiana.com, 16/5/2023)
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga mendukung langkah yang dilakukan oleh BSI, dan meminta pihak bank untuk mengoptimalkan pemberian tanggapan atas pengaduan dari para nasabah dan masyarakat. Serta memperhatikan tata kelola, keamanan informasi, dan perlindungan konsumen dalam menghadapi tantangan penggunaan teknologi informasi di era digital.
Erornya layanan BSI berbuah tekor bagi nasabah, bahkan sejak merger bank tersebut yang sebelumnya terdiri dari beberapa bank syariah, malah menyulitkan. Karena nasabah jadi tidak punya alternatif rekening lain untuk transaksi ekonomi.
Padahal alasan nasabah menggunakan rekening BSI, terutama karena bank tersebut berlebel syariah. Jenis rekening yang tidak ada tambahan bunga (riba), adalah motivasi terbesar mereka membuka tabungan di BSI. Kondisi ini sejatinya iklim positif, mengingat tumbuhnya kesadaran masyarakat muslim akan pentingnya transaksi ekonomi tanpa bunga.
Peristiwa erornya layanan bank syariah ini, membuat animo masyarakat terhadap BSI yang berlebel syariah menjadi menurun. Faktanya, pada saat yang sama iklim ekonomi digital dan identitas negeri ini sebagai salah satu basis ekonomi syariah dunia, tengah digencarkan oleh pemerintah. Akan tetapi, dengan kejadian ini menjadikan tamparan keras sekaligus manifestasi runtuhnya kecongkakan jargon bombastis ekonomi syariah, terutama berbasis digital.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, masyarakat perlu mendalami hakikat kelembagaan BSI, maupun bank lainnya. Pasalnya, meski sudah berlebel syariah bank ini tetap saja tumbuh dengan bernaung di bawah sistem kapitalisme. Sebuah sistem di mana lembaga perbankan adalah salah satu mesin penyedot uang, selain pasar modal.
Adanya sistem ekonomi kapitalisme yang terus tegak berdiri merupakan, kelihaiannya melakukan tambal sulam. Tidak heran jika sampai detik ini, mereka mampu bertahan kendati berulang kali mengalami krisis dan resesi. Pada titik ini, lembaga perbankan dan pasar modal adalah senjata untuk menyerap sisa-sisa uang (akumulasi uang) yang beredar di tengah masyarakat, dalam wujud uang tabungan agar masuk ke kantong kapitalisme.
Pembesaran perusahaan kapitalis tersebut dikenal dengan istilah "pertumbuhan ekonomi", yang sejatinya pertumbuhan bertumpu pada utang dan penjualan kertas saham. Sebab inilah pertumbuhan ekonomi kapitalisme juga dikenal sebagai pertumbuhan "bubble economy" (ekonomi balon). Hal ini dikarenakan dari penampakannya seolah-olah ekonominya tumbuh, padahal faktanya hanya membesar disebabkan utang, bukan pertumbuhan ekonomi secara riil.
Dengan demikian, solusi sistem ekonomi saat ini tentu saja harus secara sistematis. Kita tidak dapat menggunakan sistem ekonomi berlebel syariah, akan tetapi tubuhnya tetap ekonomi pasar bebas, darahnya masih uang kertas, jantungnya adalah lembaga perbankan dan pasar modal, serta pompa jantung itu sendiri suku bunga.
Lalu bagaimana dengan sistem ekonomi Islam? Dalam sistem yang sempurna ini sudah pasti adalah satu-satunya solusi, sekaligus motor untuk mengganti sistem yang ada saat ini. Sistem ekonomi Islam, hanya dapat berjalan di bawah naungan sistem pemerintahan yang menjadikan ideologi Islam sebagai dasar negara.
Dengan segala aturan yang menyeluruh, menggantikan sistem ekonomi kapitalisme dengan merubah seluruh organ berserta akad-akad transaksi di dalamnya. Sistem ekonomi Islam akan menutup pertumbuhan pasar modal, sehingga yang berjalan hanya ekonomi riil tanpa ada sedikit pun ekonomi non-riil. Kekayaan dalam Islam tidak berdasarkan mekanisme harga dan pasar bebas, melainkan dengan mendudukkan jenis-jenis kepemilikan beserta pengelolaan menurut jenisnya, yang meliputi kepemilikan individu, umum, dan negara.
Islam juga tidak anti dengan teknologi keuangan serta digitalisasinya. Akan tetapi ketika hal tersebut digunakan untuk menggerakkan ekonomi kapitalisme, sudah selayaknya masyarakat kritis dan tidak mudah menerima realitas sistem ekonomi yang ada. Di bawah kepemimpinan negara Islam, akan memastikan penyelenggaraan teknologi keuangan tersebut sesuai dengan pilar-pilar politik pengurusan umat, dengan amal-amal terbaik menurut syariat Islam secara menyeluruh.
Wallahu a'lam bishawab
Editor :Esti Maulenni