Tujuan Pendidikan Dalam Konstitusi dan Pandangan Islam

SIGAPNEWS.CO.ID - Kasus-kasus pembunuhan dan perundungan di kalangan pelajar dan mahasiswa sudah tidak terbendung lagi banyaknya. Seperti yang baru-baru ini terjadi pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok yang ditemukan tewas dalam keadaan terbungkus plastik di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok karena dibunuh oleh seniornya sendiri. (REPUBLIKA.CO.ID, 5/8/2023)
Sungguh sangat miris hal seperti itu bisa terjadi kala pendidikan yang seharusnya melahirkan generasi yang mampu membangun peradaban, justru malah jauh dari tujuan pendidikan. Sebagaimana yang telah konstitusi amanahkan, yakni bahwa pemerintah harus menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat melahirkan generasi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta cerdas.
Dalam UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi juga disebutkan tentang tujuan Pendidikan Tinggi di Indonesia, yaitu: (a). berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan di dalam Islam yang ingin melahirkan generasi unggul yang berkepribadian Islam, yakni beriman, bertakwa, berakhlak mulia sekaligus menguasai berbagai bidang kehidupan. Muhammad al-Fatih, sang pembebas Konstantinopel, tidak hanya berkepribadian Islam, tetapi dengan pengetahuannya yang luas ia mampu membebaskan Konstantinopel dari gelapnya kejahiliahan menjadi terang benderang oleh cahaya Islam.
Ilmuwan muslim Al-Khawarizmi, selain merupakan pakar matematika dan aljabar. Beliau juga berhasil membuat peta bumi sekaligus peta langit ketika pada saat yang sama bangsa Eropa masih meyakini bahwa bumi itu datar.
Lalu ilmuwan lainnya, Ibnu Sina yang terkenal sebagai Bapak Kedokteran. Buku Al-Qanun fi ath-Thibb merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap yang menjadi referensi utama pada fakultas kedokteran di berbagai universitas di Eropa hingga abad ke-14. Beliau juga merupakan ahli fikih.
Seharusnya negeri ini pun mampu melahirkan generasi-generasi hebat seperti Muhammad al-Fatih, Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina, sebagaimana yang telah konstitusi amanahkan. Namun, faktanya tujuan-tujuan tersebut tidak tercapai karena tidak adanya pelaksanaan yang jelas. Seperti tidak dimasukkannya indikator-indikator kompetensi iman dan takwa ke dalam kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal tersebut. Justru sebaliknya, kurikulum yang dihadirkan malah membuat generasi semakin jauh dari akhlak yang mulia, sehingga muncul banyak permasalahan dan berbagai penyimpangan sosial, seperti terjadinya aksi pembunuhan yang dilakukan oleh kalangan terdidik.
Keunggulan suatu generasi tidak lepas dari keunggulan sistem itu sendiri. Sebagaimana unggulnya generasi-generasi muslim seperti Muhammad al-Fatih, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Sina yang tidak hanya memiliki kecakapan pemahaman Islam yang memadai, tetapi juga memiliki ketinggian ilmu. Ini yang menjadi bekal mereka untuk mengarungi kehidupan, siap membangun peradaban.
Sistem Islam memiliki metode yang khas dalam pembelajaran yang tidak ada dalam sistem mana pun selain Islam. Dengan menerapkan metode Islam dalam pembelajaran inilah, wajar jika akhirnya lahir generasi unggul yang diakui oleh bangsa mana pun. Metode Islam dalam pembelajaran, yaitu mempelajari segala sesuatu dengan mendalam hingga memahami hakikatnya dengan pemahaman yang benar, meyakini sesuatu yang tercapai melalui pembahasan tersebut atau terhadap yang ingin dibahas, serta mengambilnya secara praktis untuk menerapkannya dalam kancah kehidupan.
Ketika metode ini berjalan dalam proses pembelajaran, bagi seorang muslim yang memiliki pemahaman Islam berdasarkan metode pembelajaran ini, pemikirannya akan mendalam, serta perasaannya peka dan mampu memecahkan segala problematika kehidupan. Namun, metode Islam dalam pembelajaran ini hanya akan bisa diterapkan secara sempurna dalam sistem pemerintahan berdasarkan syariat Islam.
Wallahualam bissawab.
Ipah Nurlaela Sari, S.H._Praktisi Pendidikan
Editor :Esti Maulenni