Dunia Tempat Meninggal Menuju Tempat Tinggal

Dunia yang penuh dengan tipu-tipu hiasan yang tampak indah manusia pada berebutan mendapatkannya. Kayaknya harta dijadikan tempat tolak ukur kebahagiaan. Seseorang sangat dihargai diperlakukan baik karena dari keluarga berada. Bertamu diberi hidangan yang istimewa diajak ngobrol layaknya orang yang dicintai. Jalinan komunikasi yang mengasyikkan seperti halnya tentang hidup zaman modern.
Dua insan saling mencintai kadang tak bisa bersama terhalang oleh keinginan orang tua. Proses anak dilamar ditanya habis, bekerja di mana untuk menghitung kemampuan biaya hidup. Segala yang ada pada kehidupan selalu terikat pada uang. Banyak manusia bekerja keras walaupun sering lupa membagi waktu untuk ibadah.
Mau hidup enak perlu uang supaya bisa dihargai orang, mau diterima lamaran, bahagiakan orang tua dan lainnya. Begitulah namun standar bahagia hidup dalam kesederhanaan kadang bisa lebih bahagia terletak rasa syukur yang besar. Bahagiakan terus kedua orang tuamu selagi masih ada sekaligus plus dengan ketakwaan.
Hari-hari kita disibukkan dengan bekerja dari golongan kecil biasanya mengandalkan tenaga. Memang benar orang kaya tambah kaya yang miskin semakin miskin. Orang kaya menyuruh orang-orang untuk bekerja supaya dia dapat keuntungan besar dan memberi sebagian uangnya sebagai upah. Sisanya bisa jalan-jalan dan happy terus tapi tidak boleh sampai kebablasan.
Jika lihat sekilas rumah yang mewah memang nyaman untuk ditempati. Apa yang diinginkan bisa terwujud dengan cepat dan orang-orang pada ngaku sebagai saudaranya. Tidak repot lagi memikirkan biaya pendidikan, gampang sekali beli kendaraan atau mobil yang mahal.
Sadarilah sesuatu yang nikmat dinikmati memang terasa nikmat. Kalau udah rakus inginnya lebih banyak lagi pendapatan. Bagusnya kita punya segalanya untuk disalurkan di jalan Allah sebagai tabungan akhirat. Karena sudah terpenuhi kebutuhan langsung ibadah bisa di perkencang. Tidak sibuk pada pekerjaan yang mengikat sehingga bisa melanjutkan seperti aktivitas dakwah.
Perlu diingat dunia bukan untuk ditempati. Perjalanan menapaki hidup ini singkat tidak perlu heboh pada pencarian dunia. Sekiranya mencukupi perut kenyang jadi berenergi siap beramal. Bekal harus banyak kehidupan abadi akan dikunjungi. Jangan sampai menyibukkan diri yang tidak membawa pada surga.
Jika kita repot-repot menyiapkan kehidupan yang nyaman di dunia kemungkinan besar lupa menyiapkan kehidupan di akhirat. Disebabkan sibuk dan masih terlalu jauh untuk kepikiran hal-hal yang belum terjadi. Jadinya ketika meninggal semuanya ditinggalin kecuali cuma satu ini dibawa yaitu amal selama di dunia.
Editor :Esti Maulenni