Diabetes Pada Anak Meningkat, Bukti Kapitalisme Menyengsarakan Rakyat

Diabetes militus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis.
"Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2]:168)
Ada banyak dalil Al-Qur'an yang menjelaskan perintah untuk makan makanan yang halal dan thayyib. Salah satunya adalah surat Al-Baqarah ayat 168 tersebut. Sesuatu yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an adalah hukumnya wajib. Seperti halnya makanan, ketika Allah Swt. memerintahkan pasti di luar perintah tersebut ada kemaslahatan bagi manusia.
Sayangnya, makanan dan minuman terkategori halal dan thayyib saat ini sulit dibedakan, sehingga memicu munculnya penyakit di masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Faizi, sejak tahun 2010 hingga 2023 penderita diabetes melitus pada anak naik hingga 70 kali lipat. Adapun pada tahun ini jumlah penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak sebanyak 1.645. Sedangkan penderita masih berusia 10-14 tahun. (voaindonesia.com, 1/2/2023)
Diabetes militus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis. Hal ini mengakibatkan anak mudah lelah, nafsu makan naik, berat badan naik turun, pengelihatan matanya kabur, dan lain-lain. Tanda-tanda ini disebabkan pankreas yang menghasilkan hormon insulin tidak bekerja dengan baik, atau ketika tubuh tidak menggunakan insulin dengan benar. Apabila hal ini tidak segera ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan penyakit komplikasi.
Diabetes atau diabetes millitus ada empat jenis. Di antara empat jenis tersebut ada diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan karena faktor keturunan. Adapun diabetes tipe 2 diakibatkan oleh faktor makanan atau gaya hidup yang kurang sehat. Di antaranya dipicu oleh sejumlah kebiasaan yang buruk, mulai dari mengonsumsi makanan kaya gula dan lemak, malas berolahraga serta kurang minum air putih. Itu sebabnya, pencegahan atau pengelolaan diabetes hanya efektif bila seseorang mengubah gaya hidup, yakni dengan pilihan makanan sehat serta aktif bergerak.
Namun, bagaimana dengan kondisi saat ini yang jauh dari harapan. Mayoritas anak-anak lebih menyukai mainan hp daripada menggerakkan tubuhnya. Belum lagi situasi perekonomian yang amat buruk. Bagi rakyat yang tergolong miskin, tentu amat mahal mengubah pola hidup sehat. Mereka lebih memilih makanan yang mengenyangkan daripada membeli buah-buahan.
Selain itu, makanan dan minuman yang dijumpai di pasaran banyak mengandung pewarna buatan, pengawet makanan, penyedap, dan pemanis buatan. Maka, jika zat kimia tersebut dikonsumsi secara terus menerus oleh konsumen, tentu akan berbahaya bagi tubuhnya. Karena jika diteliti zat kimia tersebut dapat mengakibatkan penyakit kronis, seperti diabetes melitus, gula darah naik, ginjal, bahkan parahnya lagi menyebabkan kanker.
Fakta ini tentu tidak lepas dari sistem yang diterapkan di negeri ini. Sekularisme telah menggiring penguasa pangan untuk berfikir egois. Mereka tidak memikirkan bahaya ke depannya. Karena yang paling penting adalah mencari untung sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan modal sedikit-sedikitnya.
BPOM sendiri kurang maksimal dalam melakukan pengawasan. Faktanya pengusaha pangan lolos dalam memasarkan produknya. Belum lagi tentang sangsi. Sangsi di negeri ini begitu lambat dalam memberikan hukuman. Akibatnya banyak tersangka yang antre untuk dijatuhi sangsi. Di tambah lagi, negara juga kurang dalam memberikan pengarahan di masyarakat sehingga aktivitas amar makruf nahi mungkar amat rendah.
Hal tersebut berbeda dengan Islam. Ketakwaan kepada Allah Swt. menjadi prioritas utama dalam melakukan suatu perbuatan. Apalagi, jika dalam melakukan perbuatan merugikan orang lain, tentu hal ini tidak dilakukan. Karena di akhirat kelak pasti diminta pertanggungjawabannya.
Begitu juga dalam produksi pangan, tentu lebih memilih bahan alami dengan harga mahal dari pada mencampur zat kimia dengan harga murah. Dalam hal ini negara pun tidak tinggal diam, negara akan selalu mengawasi dan mengontrol pangan yang beredar di pasaran.
Kesehatan rakyat lebih utama daripada yang lain. Selain pangan, papan, sandang, dan pendidikan. Kesehatan termasuk kebutuhan primer yang harus dijaga oleh negara. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
"Imam atau penguasa adalah pelindung bagi rakyatnya. Kelak di akhirat akan diminta pertanggungjawabannya." (HR. Muslim)
Melalui hadis tersebut penguasa dalam Islam memerintahkan seorang Qadhi Hisbah untuk selalu mengontrol dan mengawasi produk-produk di pasaran.
Sebagaimana yang terjadi di masa Rasulullah saw. yaitu ada seorang yang telah menipu rakyatnya. Pedagang tersebut menyembunyikan gandum basah yang ditutup dengan gandum kering. Selanjutnya pedagang tersebut langsung diberi ta'zir oleh Rasulullah saw.
Oleh karenanya setiap individu muslim perlu berhati-hati dalam bermuamalah. Karena ketidak hati-hatian dalam bermuamalah dapat menjadikan seseorang terjerumus pada perbuatan dosa, yang kelak akan merugikannya di akhirat.
Wallahualam bissawab.
Penulis: Rati Suharjo_Pegiat Literasi AMK
Editor :Esti Maulenni