Sepak Bola Berakhir Duka, Kesia-siaan Yang Dipertahankan

SIGAPNEWS.CO.ID - Tragedi Kanjuruhan di Malang 1 Oktober 2022 telah menyisakan kisah pilu bagi berbagai pihak, khususnya bagi meraka yang ada di stadiun maupun yang di luar stadiun, Kanjuruhan menjadi sorotan usai terjadinya tragedi buruk dalam sepak bola Indonesia.
Namun, ini bukan kali pertama terjadinya insiden di stadion Kanjuruhan. Pada tahun 2018, pada saat itu hampir mirip dengan tragedi yang baru terjadi, aparat keamanan menembakkan gas air mata sehingga banyak yang merasakan sesak napas. Bedanya gas air mata ditembakkan di lapangan sehingga tidak banyak korban hanya satu orang meninggal dunia di rumah sakit. (Bola, net (1/10 2022)).
Semestinya kasus yang terjadi di Kanjuruhan ini, cukup untuk menjadi bahan muhasabah bagi masyarakat di negeri muslim terbesar Indonesia. Bayangkan saja ratusan nyawa rakyat, terutama generasi muda terobsesi oleh permaian yang sia-sia.
Meski sepak bola adalah bagian dari jenis olahraga, tetapi suporternya sama sekali tidak mendapatkan manfaat menguatkan jiwa dan raga. Bahkan waktu, tenaga, uang dan pikiran, mereka habiskan di stadiun-stadiun sepak bola, dan nyawa mereka pertaruhkan demi membela klub yang dicintainya, kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Sejatinya negara atau penguasa punya tanggung jawab besar dalam menjaga rakyat dari segala hal yang membahayakan. Bukankah fungsi kepemimpinan adalah mengurus dan menjaga rakyatnya, sekaligus memastikan rakyat senantiasa dalam kebaikan?
Sistem kepemimpinan Islam paradigma ruhiyah yang lekat padanya, membuat para penguasa berhati-hati dalam mengurus dan menjaga rakyatnya, segala hal yang akan membawa kepada keburukan sedapat mungkin akan dijauhkan. Bahkan segala bentuk kesia-siaan tidak akan diberi tempat dalam kehidupan.
Read more info "Sepak Bola Berakhir Duka, Kesia-siaan Yang Dipertahankan" on the next page :
Editor :Esti Maulenni