Wakil Rakyat Menari Diatas Penderitaan Rakyat

Unie_Praktisi Pendidikan
“Kau menari di atas luka kami” itu ungkapan yang pantas untuk para wakil rakyat yang berpesta merayakan ultah ketua wakil rakyat, pada saat rakyat menyuarakan penderitaannya di depan gedung kebesaran milik rakyat, Gedung DPR.
Kenaikan BBM sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat. Jumlah penderita kelaparan meningkat, karena harga bahan makanan pokok makin mahal. Jumlah pengangguran naik tajam, karena sebagian perusahaan bangkrut. Para pedagang kecil banyak yang gulung tikar. Sopir angkot atau ojol juga banyak mengeluh, karena sepi penumpang.
Penderitaan rakyat yang belum pulih akibat serangan Covid-19, bertambah dengan adanya kebijakan naiknya BBM. Baru saja rakyat akan bernapas lega dengan terbebasnya dari Covid-19, harus terimpit lagi dengan kebijakan baru tersebut.
Hal ini menimbulkan gejolak di masyarakat dengan bermunculannya demonstrasi menolak kenaikan BBM.
Semenjak digulirkannya kenaikan BBM awal September lalu, demonstrasi menolak kebijakan tersebut terus bergulir di berbagai daerah–di seluruh tanah air. Pasalnya, kenaikan BBM itu sangat berpengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya.
Para demonstran berharap suara mereka didengar oleh para wakil rakyat sehingga para wakil rakyat berkenan membatalkan kenaikan BBM. Apatah hendak dikata alih-alih mendengar jeritan rakyat, para wakil rakyat malah bergembira merayakan ultah ketuanya. Sungguh sangat mencederai perasaan rakyat yang sedang menderita.
Hal ini dikutip dari suara.com yang terbit 8 September 2022, “Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Selasa (6/9/2022) menyimpan banyak cerita. Salah satunya massa yang berunjuk rasa di depan gedung parlemen, sementara para anggota dewan justru terekam merayakan hari ulang tahun Ketua DPR RI Puan Maharani di tengah Rapat Paripurna.”
Hal ini tentu menciptakan kontroversi di kalangan masyarakat. Tak terkecuali dari Peneliti Formappi, Lucius Karus, yang bahkan terang-terangan mengecam DPR karena dianggap sibuk berpesta ketika massa menolak kenaikan harga BBM.
Lebih lanjut Lucius Karus menyampaikan bahwa hal yang dilakukan oleh para wakil rakyat menunjukkan derajat komitmen sebagai wakil rakyat. Jangankan berkomitmen memperjuangkan aspirasi, sekadar menghargai kehadiran rakyat dengan menemui mereka saja tak bisa diperlihatkan DPR (detiknews,7/9/2022).
Demikianlah wajah sistem demokrasi; tidak ada empati sedikit pun pada rakyat yang seharusnya diayomi dan dilindungi. Seharusnya kesejahteraan rakyat menjadi prioritas para wakil rakyat. Hal yang ada justru wakil rakyat membuat rakyat menderita, karena uang rakyat digunakan untuk memenuhi berbagai fasilitas wakil rakyat yang “wah”, sementara rakyat harus terseok-seok memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri.
Sistem demokrasi liberal telah menciptakan manusia-manusia yang egois, materialis, dan individualis. Sistem yang rusak dan merusak.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, pemimpin menjadi junnah yang akan me-riayyah rakyatnya. Para pemimpin Islam sangat menyadari bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah. Dengan demikian para pemimpin Islam sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Dalam Islam, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Hal tersebut banyak dicontohkan oleh para khalifah.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis, kehidupan rakyat sangat makmur sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima zakat. Umar bin Abdul Azis telah membuat rakyatnya makmur dan kaya raya.
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau selalu berkeliling melihat kondisi rakyatnya. Suatu hari beliau menemukan seorang ibu yang sedang memasak batu, karena tidak punya makanan yang dapat dimasak. Hal itu dilakukan untuk menghibur anaknya yang kelaparan. Mengetahui hal itu Umar segera mengambil sekarung gandum yang dipikulnya sendiri untuk diberikan kepada ibu tersebut.
Demikian sistem Islam dan pemimpinnya dalam menyejahterakan rakyatnya.
Wallahualam bisawwab.
Editor :Esti Maulenni