Ketika Aparatur Negara Bersandiwara

SIGAPNEWS.CO.ID - Tak terasa waktu cepat berlalu. Untuk menuju pilpres, lumayan masih berbulan-bulan lamanya. Namun bagi mereka yang nyaleg atau nyapres, waktu sangat berarti dari setiap detiknya. Semua dipersiapkan, mulai dari melakukan aktivitas bersafari politik, blusukan, bagi-bagi donasi, merakyat, menyuarakan visi dan misi yang mantap, dan hal baik lainnya.
Ibarat sekelompok pemain opera, sebelum tampil ke panggung, segala macam dipersiapkan mulai dari mengiklankan agar banyak penonton, polesan pemain, naskah, dan lain sebagainya agar opera berjalan baik dan penonton terpengaruh oleh alur cerita. Begitu juga ketika aparatur negara bersandiwara semua terlihat baik. Hingga rakyat terpengaruh oleh kebaikannya. Namun sejatinya hanya untuk kepentingan pribadi dan golongannya.
Maka ketika rakyat memilih seseorang untuk mewakili mereka didalam mengatur urusan-urusan mereka, sudah semestinya orang-orang yang terpilih itu tahu diri dan sadar diri bahwa mereka adalah wakil rakyat, bukan wakil partai, apalagi wakil dari kepentingan sendiri atau kelompok kecilnya. Bukankah mereka telah di sumpah atas nama Tuhan? Janji setia akan memegang jabatan dan menjalankan tugasnya sampai dengan 2024.
Fenomena banyaknya aparatur negara mengundurkan diri karena ingin melanjutkan dan mempertahankan jabatannya. Kondisi ini sangat wajar mengingat saat ini merupakan tahun panas menuju Pemilu 2024. Ini adalah penampakan yang wajar, zaman dimana tradisi politik yang memaknai semata-mata sebagai perjuangan untuk mendapatkan, mempertahankan, dan memperbesar kekuasaan.
Strategi untuk meraih suara rakyat mereka bisa menyematkan salah satu artis papan atas dan diusung langsung oleh masing-masing partai politik. Padahal sejatinya ibarat 'setali tiga uang' sama saja tak ada bedanya. Bukan tanpa sebab, popularitas yang dimiliki oleh artis diyakini akan berkontribusi pada kesuksesan partai politik untuk meraih bangku di kursi dewan. Dimana ada uang semua bisa terjadi dengan mudah, begitu juga hanya dengan bermodalkan ketenaran dan tampang doang, bisa menjadi wakil rakyat. Walau pun minim pengetahuan dan pengalaman dalam berpolitik.
Lantas, jika minim pengetahuan dan tak mahir dalam berpolitik, apakah mereka pikir mengurus negara semudah main sinetron? Begitupun dengan para petinggi parpol. sibuk memilah dan memilih mengusung para seleb demi mendulang suara dari para fans artis tersebut
Astagfirullah, serendah itukah niat mereka mengurus negri? Sejatinya ketika amanah ada dipundak, itu sangat berat sehingga untuk tertawa pun mereka tak sanggup karena beratnya memikul beban ketika menjadi seorang pemimpin.
Hal ini akan berbeda dengan sistem Islam (Khilafah), sistem yang berasaskan halal dan haram serta rida Allah Swt, yang bersumber dari Al Qur'an yang akan menjadikan setiap kebijakan, pelayanan, terhadap rakyat adalah yang utama, apalagi menyangkut dengan keselamatan nyawa rakyat.
Sehingga keamanan dan kesejahteraan umat menjadi prioritas yang utama. Karena negara dan pemimpin bertanggung jawab atas semua kebutuhan rakyatnya yang kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt.
Karena itu marilah kita mengakhiri setiap ‘pengkhianatanmereka’ kita, dengan terus berupaya melakukan amar makruf nahi mungkar hingga benar-benar sistem Islam bisa terwujud kembali, tentu dengan berusaha, berupaya, dan berdoa bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya.
Wallahu'alam bishshowwab
Bunda Laras - Komunitas Ibu Peduli Generasi
Editor :Esti Maulenni