Kesehatan Mental Rakyat Kuat Melalui Penerapan Syariat Islam Secara Tepat

SIGAPNEWS.CO.ID - Semua orang tentu mengharapkan orang-orang yang dicintainya memiliki kesehatan yang sempurna, yaitu sehat jiwa dan raganya. Namun, harapan itu semakin jauh karena salah satu kesehatan tidak terpenuhi, yakni kesehatan jiwa. Hal ini terbukti dengan banyaknya berita yang menunjukkan perilaku yang diakibatkan dari lemahnya jiwa seseorang. Salah satunya tindakan bunuh diri.
Menurut data dari SRS tahun 2018, angka kematian di Indonesia akibat bunuh diri sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Bila disesuaikan dengan data Bank Dunia, setara dengan 2.992 jiwa. Menurut penelitian terbaru jumlah kematian akibat bunuh diri bisa empat kali lebih tinggi dari data resmi tersebut. (BBC News Indonesia, 25/01/2023).
Maka tidak heran berita tentang bunuh diri marak menghiasi media. Dengan pelaku mulai dari anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, kepala keluarga, karyawan/wati, dsb. Hampir di semua lini ada yang bunuh diri.
Motifnya pun beragam dari mulai di-bully, kesulitan ekonomi, kegagalan dalam bisnis, kegagalan dalam meraih prestasi, dsb. Bahkan ada juga yang karena konten kebablasan.
Berbagai motif tadi sebenarnya sangat kecil, tidak sebanding dengan harga sebuah nyawa yang sudah Allah berikan. Namun, nyatanya demikianlah yang terjadi. Hal ini menunjukkan betapa lemah dan rapuhnya jiwa seseorang.
Nasib tragis juga menimpa seorang pria warga Bantul berusia 38 tahun yang mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di rumahnya setelah sebelumnya bekerja di Bogor sebagai kuli bangunan. (Sindonews.com, 10 /03/ 2023).
Tentu hal demikian tidak bisa hanya dipersalahkan kepada orang tersebut karena hal ini sangat berkaitan dengan berbagai hal lain.
Mengapa anak yang di-bully bisa sampai nekat bunuh diri; yang gagal meraih prestasi juga bunuh diri; yang kesulitan ekonomi demikian juga? Semua karena mereka tidak memiliki fondasi iman yang kuat dalam dirinya.
Lalu siapa yang bertanggung jawab menanamkan keimanan atau ketauhidan kepada seseorang? Jawabannya, semua segi/pilar, orang tua, pemerintah, dan masyarakat, bertanggung jawab. Orang tua sebagai orang yang pertama dikenal anak/seseorang harus menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anaknya dengan cara memberikan pendidikan dan contoh-contoh yang bisa menguatkan jiwa anak.
Setelah anak memasuki usia sekolah, mereka mengenyam pendidikan di sekolah. Ketika itu, pemerintah yang harus bertanggung jawab atas keimanan dan ketauhidan atau jiwa anak dengan memberlakukan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan keimanan dan ketauhidan sehingga jiwanya makin kuat.
Hal yang tidak kalah berpengaruhnya terhadap keimanan atau ketauhidan anak adalah masyarakat. Masyarakat bisa menjadi kontrol sosial bagi anak. Maksudnya, ketika ada anak yang melakukan penyimpangan maka masyarakat harus mencegah atau meluruskannya. Jangan membiarkan saja. Seandainya ketiga pilar tersebut berfungsi atau menunaikan tugasnya dengan baik, tidak akan terjadi apalagi sampai marak terjadi bunuh diri.
Pola asuh dan pendidikan menjadi alasan utama atau pokok penyebab bunuh diri. Sebab, orang yang kuat keimanannya atau ketauhidannya dalam kondisi bagaimanapun tidak akan melakukan bunuh diri. Namun kenyataannya, hampir semua pilar tidak optimal menunaikan kewajibannya. Orang tua misalnya, karena keterbatasan ilmu tidak tahu harus bagaimana mendidik anak agar anak tersebut memiliki keimanan yang kuat.
Read more info "Kesehatan Mental Rakyat Kuat Melalui Penerapan Syariat Islam Secara Tepat" on the next page :
Editor :Esti Maulenni