Bantuan Modal, Tuntaskan Kemiskinan?

Terbukanya sektor yang diminati ini pun akhirnya membuat masyarakat gemar berbelanja. Ide inilah yang menjadi solusi yang diandalkan pemerintah agar ekonomi bergerak. Tidak peduli entah itu kebutuhan pokok, sekunder, ataupun sekadar tersier. Bahkan, pemberian bantuan langsung tunai (BLT) dianggap bisa menstimulus peningkatan konsumsi masyarakat.
Inilah solusi andalan negara hari ini yang tidak bisa diselesaikan oleh sektor nonriil, yakni uang hanya beredar dan melayang-melayang di lantai bursa saham dan valuta tanpa dirasakan secara nyata oleh masyarakat.
Namun demikian, yang diuntungkan dari perilaku konsumtif masyarakat ini bukanlah UMKM itu sendiri. Mereka sekadar perantara bagi sejumlah perusahaan kapitalis besar tersebab UMKM tidak semata-mata berdiri mandiri. Mereka harus dibina oleh perusahaan-perusahaan tertentu yang pastinya akan mendapatkan keuntungan dari pembinaan itu. Pengusaha besar, seperti produsen minyak, kopi, tepung, gula, dan tekstillah yang mendapat keuntungan lebih banyak—yang notabene kebanyakan dikuasai oleh kapitalis aseng.
Sejatinya, UMKM adalah solusi sementara dari masalah ekonomi. Kita tidak bisa selamanya bersandar pada sektor ini. Sebesar apa pun peran UMKM, tetap bukan merupakan sektor strategis. UMKM bukan usaha hulu, melainkan hanya hilir. Meski mampu menarik banyak tenaga kerja dan pendapatannya besar, mereka tetap disetir oleh produsen hulu yang mayoritas—diakui atau tidak—dikuasai para cukong. Bahkan, bahan dasar UMKM dipasok dari produsen hulu itu juga.
Dalam konteks ini, negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator. Negara memberikan fasilitas dengan pelatihan, pinjaman, dan pendampingan. Namun, setelahnya, negara melepas dan membiarkan UMKM untuk berjuang dan berkembang sendiri. Terkait regulasi, negara mempertemukan UMKM dengan pengusaha kelas kakap.
Seharusnya, negara berkonsentrasi untuk mengurusi sektor strategis. Hal yang terpenting pula, UMKM tidak dapat menjadi usaha kelas dunia. UMKM hanya pemanfaat fasilitas dunia digital. Adapun pemiliknya adalah para swasta. Swastalah yang sebenarnya menguasai industri dunia dan mereka akan bergerak untuk keuntungannya.
Sebagus apa pun UMKM juga tidak akan dapat menyelamatkan ekonomi negeri sebab masalah utama resesi adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi ini rusak, bahkan cacat sejak lahir. Juga merusak SDM maupun SDA, seperti menipisnya lapisan ozon, rusaknya habitat dan ekosistem, terkurasnya SDA, dsb.
Sistem ekonomi kapitalisme juga ditopang oleh sektor nonriil yang memunculkan pasar modal dan perseroan terbatas. Utang luar negeri menjadi tumpuan pembiayaan pembangunan dan sistem moneter tidak disandarkan pada emas dan perak. Lebih parah lagi, SDA diserahkan pada swasta, bukan rakyat. Hal ini membuat sistem ekonomi kapitalisme menjadi rapuh dan rusak.
Peredaran uang di tengah masyarakat memang merupakan syarat mendasar agar distribusi kekayaan terjadi. Islam menjaga dan menjaminnya. Islam melarang menimbun uang dan aktivitas ribawi.
Dalam Islam, harta milik umum akan dikelola secara syar’i. Terdapat kewajiban zakat, pemberian modal dan sarana prasarana, hingga dorongan hibah dan hadiah dari negara untuk individu yang membutuhkan. Semua itu akan membuat harta beredar di tengah umat secara riil.
Read more info "Bantuan Modal, Tuntaskan Kemiskinan?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni