Generasi Berjaya Ketika Islam Ada

foto. ilustrasi.net
Publik kembali digemparkan dengan berita dari dunia remaja. Belum lama, tindak kekerasan kembali terjadi di kalangan remaja yang notabenenya sebagai generasi penerus bangsa. Sebagaimana yang diberitakan dari salah satu media, kasus penganiayaan Mario Dandy kepada David benar-benar sadis. Pelaku melakukannya aksinya tanpa ada rasa belas kasih. Ternyata pemicunya adalah persoalan pacaran. (tribunbanten.com, 25/02/2023)
Kasus di atas benar-benar mencoreng wajah dunia pendidikan saat ini. Bisa jadi ini adalah kasus bak fenomena gunung es. Yang tampak di permukaan hanya secuil, namun ternyata jauh di bawah permukaan lebih banyak. Tindakan generasi ini benar-benar tak mencerminkan sebagai seorang pelajar yang terdidik dan bermoral. Akankah ada yang salah dalam dunia pendidikan saat ini? Salah guru, siswa, orang tua, kurikulum, atau salah siapa? Pertanyaan itulah yang kemudian muncul dalam benak kita. Persoalannya, tindak kekerasan ini tak sekali, dua, atau tiga kali dilakukan. Namun hampir setiap tahun ada berita yang serupa. Entah kekerasan tersebut dilakukan siswa ke siswa yang lain, ataukah siswa ke gurunya. Sungguh miris dan mengiris hati kita semua.
Padahal, remaja adalah pemegang tongkat estafet perjuangan selanjutnya. Jika mereka berkelakuan baik orang bar-bar, maka akan dibawa kemana nasib bangsa kemudian?
Pemuda, mempunyai jiwa yang mudah goyah dan labil. Ditambah lagi mereka mudah tersulut karena emosi yang masih naik turun. Jika digiring menuju kebaikan maka akan bagus hasilnya. Namun jika digiring menuju pada kesesatan tentu akan buruk hasilnya. Itulah pemuda, kita harus mengerti dan memahami karakteristik jiwa yang mereka miliki. Ditambah lagi, saat masa pubertas mereka biasanya menonjolkan salah satu potensi yang ada pada diri yaitu naluri eksistensi diri. Ingin dikenal, disanjung, dan dihargai menjadi perwujudan dari naluri tersebut. Sehingga mereka melakukan dengan berbagai macam cara agar bisa terlaksana. Kenal banyak teman, nongki (gaya bahasa yang sering mereka utarakan untuk nongkrong), dan mempunyai 'geng' atau kelompok. Itulah yang mereka inginkan, ditambah dengan menjadi penguasa atas kelompok lain menjadi incaran semua (kepala geng). Perwujudan sikap yang akhirnya ada adalah menguasai geng lain dengan cara 'adu gelut' atau istilah kerennya adalah tawuran. Atau melakukan kekerasan kepada teman sejawatnya ketika dirasa sikapnya tidak mau menurut atau memberontak. Di sisi lain, perebutan wanita juga menjadi alasan adu jotos mereka, seperti fakta yang tersaji di atas.
Dari sini kita melihat dan menilai, bahwa adanya kasus kekerasan yang ada diduga kuat karena penerapan sistem yang salah saat ini. Kapitalisme liberal, membuat para generasi bebas melakukan tindakan apapun. Walaupun itu menyalahi norma dan aturan yang ada di sekolahnya. Balik lagi, itu mereka lakukan untuk menunjukkan eksistensi diri. Yang penting bisa terkenal dan menguasai, itulah yang ingin diraih. Masalah menyalahi aturan ataupun norma tak mereka hiraukan.
Di sisi lain, menancapnya pemahaman sekuler pada diri remaja menjadikannya sosok yang tak kenal serta paham akan agamanya. Bahkan mereka dijauhkan atau dibuat fobia. Dan akhirnya tak mengenal bagaimana agama, ajarannya, aturannya, dan bagaimana harus bersikap di dunia ini. Sekuler telah berhasil menjauhkan remaja dengan Islam dan membuangnya jika berbicara terkait dengan kehidupan dunia. Artinya, bahwa Islam tak boleh mengatur kehidupan selama manusia di dunia ini. Alhasil, kita bisa melihatnya sendiri bagaimana pola pikir dan sikap yang telah terbentuk pada diri generasi saat ini. Belum lagi keimanan serta ketakwaan begitu pudar adanya. Benar-benar serasa jauh panggang dari api.
Pada ranah pendidikan, pergantian kurikulum yang ada membuat bingung seluruh elemen yang bergerak dalam bidang tersebut. Pengurangan jam belajar pada pelajaran agama atau bahkan menghapusnya menjadi keharusan pada kurikulum sekarang. Bahkan dalam perguruan tinggi atau sekolah menengah kejuruan, cabut pasang program studi pun menjadi suatu hal yang biasa. Itu semua dilakukan terkait dengan dunia kerja dan persaingan globalisasi. Mereka disibukkan dengan nilai dan lulus cepat tanpa mempedulikan hasil luaran yang ada. Yaitu berkaitan dengan karakter yang terbentuk serta keimanan.
Dalam sistem Islam, semua komponen akan dipikirkan dengan baik dan cermat. Termasuk pada ranah remaja atau generasi. Karena generasi menjadi penerus perjuangan serta peradaban berikutnya, maka harus digiring dengan akidah yang kuat. Perlu adanya peran aktif dan keseriusan dari negara agar bisa berjalan dengan baik. Mulai dari menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang mempuni agar bisa berjalan dengan baik. Tak ada pembeda antara wilayah kota dan desa sehingga pendidikan akan rata ke seluruh penjuru negeri. Tentunya dari sisi keuangan atau kas negara harus mengalir deras.
Dalam Islam, kas negara atau Baitul mal mendapatkan pemasukan dari pos kharaz, fai, jizyah, pengelolaan barang umum, dan khumus. Dari sanalah sarana dan prasarana pendidikan dapat diwujudkan, termasuk pada menggaji para guru. Tak lupa, asas pendidikan adalah akidah Islam. Sebagai fondasi yang tak boleh disepelekan. Dengan begitu, akan mewujudkan pola pikir dan sikap remaja yang sesuai dengan hukum syarak. Tingkah laku dan tutur kata mereka hanya merujuk pada Islam semata. Sehingga bisa dipastikan mereka tak akan melakukan hal-hal di luar Islam.
Di samping negara, peran masyarakat dan keimanan individu menjadi kekuatan utama untuk menghapuskan persoalan yang ada di dunia remaja saat ini. Salah satunya adalah kekerasan. Dengan gemar melakukan amar makruf nahi munkar, maka akan mencegah hal yang sama terjadi. Ini adalah sebagai bentuk rasa cinta dan sayang terhadap saudaranya. Karena tak ingin terjerumus ke dalam lembah menuju kemaksiatan.
Kemudian, keimanan individu menjadi garda terdepan. Dengan ketakwaannya tadi, maka individu akan mudah menilai bahwa aktivitas tersebut sesuai apa tidak dengan Islam. Sehingga dia bisa mengoreksi dengan baik. Karena telah tercipta pola pikir dan sikap yang sesuai dengan Islam.
Alhasil, sudah saatnya kita mengambil sistem Islam untuk diterapkan dalam kehidupan. Tentunya agar generasi saat ini tercetak dalam wadah yang sesuai, seperti para pendahulunya. Yang mengerahkan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. dan membuat sesuatu untuk kemaslahatan umat. Ditambah sebagai panggilan akidah kita sebagai seorang muslim. Generasi berjaya ketika Islam ada. Semoga segera terwujud dan terlaksana serta rida Allah bisa kita dapatkan. Wallahua'lam.
Penulis: Mulyaningsih_Pemerhati Anak, Remaja, dan Keluarga
Editor :Esti Maulenni