Reposisi Peran Ibu

Benarkah langkah memberdayakan perempuan termasuk para ibu secara ekonomi akan berdampak baik bagi nasib kaum ibu dan keluarga mereka, bahkan untuk meningkatkan ekonomi negara? Sudahkah terbukti nyata? Jika tidak, lalu apakah yang menjadi masalah utamanya? Lalu bagaimanakah pemberdayaan ibu yang seharusnya?
Ilusi Kesejahteraan Kaum Ibu
Beban berat yang ditanggung perempuan, termasuk ibu saat ini adalah cerminan fakta yang ke sekian kalinya, bahwa berbagai program pemberdayaan perempuan dalam ekonomi telah gagal mewujudkan janji kesejahteraan perempuan. Kondisi ini juga menjadi cerminan fakta peradaban sekuler kapitalistik yang memberi ruang hidup yang buruk bagi perempuan.
Perempuan dalam peradaban sekuler juga akhirnya tidak paham hak-haknya, sehingga tuntutannya sering salah arah. Feminisme dan kesetaraan gender telah menipu banyak perempuan sehingga kehilangan peran keibuan, juga membuat bangsa-bangsa kehilangan generasi masa depan yang tangguh. Janji-janji digembar-gemborkan oleh kebijakan kesetaraan gender. Lalu perempuan mengorbankan peran keibuan dan waktu berharga bersama anak-anak mereka dengan keyakinan bahwa ini akan meningkatkan status mereka. Semua ini tidak akan terealisasi meski hanya di aspek ekonomi. Sebagian besar gaji dari seorang ibu yang bekerja saat ini sering kali habis oleh biaya perawatan anak yang sangat tinggi.
Dorongan negara-negara untuk memberdayakan kaum ibu dalam ekonomi tidaklah tulus dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para ibu dan keluarga mereka. Tujuan utama sebenarnya adalah mengamankan keuntungan ekonomi bagi negara. Agenda ini bertujuan untuk menaikkan tingkat kerja kaum perempuan demi kepentingan keuangan. Hal ini bisa kita perhatikan dari kalimat Hilary Clinton dalam sebuah konferensi di Peru. Dia mengatakan, “Pembatasan partisipasi ekonomi perempuan membuat kita kehilangan banyak sekali pertumbuhan ekonomi dan pendapatan di setiap wilayah di dunia. Di Asia Pasifik, lebih dari $40 miliar dari PDB yang hilang tiap tahun.”
Read more info "Reposisi Peran Ibu" on the next page :
Editor :Esti Maulenni