Reposisi Peran Ibu

Faktanya, sistem kapitalis mengeksploitasi ide feminisme dan kesetaraan, mempromosikan narasi pemberdayaan perempuan dalam ekonomi. Semua ini demi keuntungan finansial belaka. Upaya ini pada akhirnya membuat perempuan kehilangan peran keibuan dan merampok hak-hak anak mereka.
Sistem Islam Mensejahterakan Ibu
Pemberdayaan ekonomi kaum ibu sejatinya adalah eksploitasi, karena pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan. Ibu hebat adalah ibu yang mampu menghasilkan generasi-generai tangguh, seperti halnya ibu dari Muhammad al-Fatih, ibu dari imam Syafi’i, dan masih banyak lagi para ibu pencetak generasi peradaban Islam yang gemilang.
Sejarah sudah membuktikan, bahwa semasa Islam berjaya selama hampir 14 abad kaum ibu hidup dengan penuh ketenangan dalam mendidik anak-anaknya. Perannya sebagai Ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) benar-benar sempurna dengan terbuktinya ia menjadikan anaknya cinta terhadap agamanya, cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya, sehingga tujuan hidup anak tersebut hanyalah ingin mendapatkan Rida-Nya semata.
Kesabarannya mampu mendidik sang buah hati menjadi pejuang-pejuang agama Allah yang tangguh, tidak ada keraguan dalam berjuang melawan yang batil dan mempertahankan yang haq. Seorang ibu yang hidup dalam naungan Islam tidak akan disibukkan dengan bekerja mencari nafkah. Karena dalam Islam, bekerja bagi seorang ibu betul-betul hanya sekadar pilihan, bukan tuntutan ekonomi, ataupun sosial. Jika dia menghendaki, dia boleh melakukannya. Jika dia tidak menghendaki, dia boleh memilih untuk tidak melakukannya. Bandingkan dengan kondisi sekarang: kaum ibu banyak dipekerjakan dengan upah yang sangat rendah dan tidak layak, karena tidak punya alternatif pilihan yang lain.
Dalam Islam, pilihan ini bisa diambil mereka (baca: ibu) secara leluasa. Ini karena Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan dengan mekanisme kewajiban nafkah ada pada suami/ayah, kerabat laki-laki jika tidak ada suami/ayah atau mereka ada tapi tidak mampu, serta jaminan secara langsung bagi perempuan yang tidak mampu dan tidak memiliki siapapun yang akan menafkahinya seperti para janda miskin.
Strategi utama dari sistem Islam dalam menciptakan kesejahteraan rakyat, termasuk para ibu di dalamnya, yaitu menjalankan roda pembangunan ekonomi yang tidak pernah berujung krisis. Berbeda jauh dengan sistem sekuler yang toxic. Terjadi krisis yang berulang dan siklik menjadi problem laten tak terpecahkan. Harta hanya berputar di segelintir kecil orang kaya. Banyak penduduk bumi mengalami kelaparan sangat parah dan tidak memiliki akses terhadap aset-aset di muka bumi.
Read more info "Reposisi Peran Ibu" on the next page :
Editor :Esti Maulenni