Maraknya Kasus HIV/AIDS, Liberalisasi Dan Sekularisasi Sebabnya

Bukan terakhir telah sepekan lebih kita lalui. Berbagai kejadian silih berganti mewarnai negeri. Mulai dari rentetan berita gempa yang terjadi dibeberapa wilayah sampai pada rencana penutupan KA Argo Parahyangan yang digantikan oleh KA Cepat Jakarta-Bandung.
Di sisi lain, dunia memperingati Hari AIDS pada 1 Desember 2022. Ternyata banyak fakta terbaru berkaitan dengan AIDS tersebut. Kini, AIDS tak hanya menjangkiti orang dewasa saja. Kategori anak dan remaja pun dapat menjadi penderitanya.
Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI, menjelaskan bahwa jumlah kasus HIV AIDS anak dengan umur di bawah 14 tahun ada 12.500 kasus. Jumlah penderita anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan. Sebanyak 7800 kasus telah melakukan pengobatan, selebihnya menjalani terapi dan sedikit yang tak melakukan pengobatan. (gatra.com, 29/22/2022)
Dikutip dari Liputan6.com (2/12/2022) Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat terkait dengan kenaikan kasus HIV AIDS sebanyak 446 kasus. Ada 8000 kasus yang terindikasi positif pada 2022 dan didominasi pada para pelaku seks menyimpang. Innalillahi, sungguh miris dan sedih melihat fakta ini. Nauzubillah.
Sungguh, sebagai seorang ibu terasa sakit di dada. Ini merupakan pukulan telak yang tepat menghantam pada dada kita. Jujur, rasa prihatin sekaligus sedih melihat fakta yang terjadi pada generasi penerus estafet perjuangan ini. Padahal mereka tempat kita menggantungkan segala asa dan rasa, sekaligus untuk melanjutkan perjuangan dan peradaban.
Berlari kencang dan menuju finish, itulah seharusnya yang dilakukan oleh para generasi. Namun kini, kenyataan berbicara lain. Mereka terjerumus dan terjerembab pada lembah nan dalam lagi terjal. Hingga tak mampu lagi keluar dari sana. Seraya berpasrah diri, menunggu seseorang menolong dan mengangkat mereka dari lembah itu.
Sungguh ngeri memang, jika kita melihat kondisi yang menjadi salah satu fakta di generasi saat ini. Tampak sekali mereka benar-benar berada pada 'track' yang keliru alias salah. Itu semua karena pemahaman kebebasan dan sekuler yang ada dalam benak generasi saat ini. Mereka tak lagi mampu menggunakan akalnya dengan baik dan maksimal. Padahal Allah Swt. telah memberikan potensi ini agar manusia mampu berbeda dengan makhluk yang lain. Terlebih agar manusia mampu membedakan mana yang benar dan baik. Tentunya semua bersandar pada sisi Islam saja, bukan pandangan lain.
Sebut saja, saat ini bendera pelangi pun mulai berkibar di semua negeri muslim di dunia. Mereka makin eksis dan diberikan tempat yang layak hingga mampu 'menggaet alias mengkader' pada para generasi agar mau bergabung menjadi kelompok mereka. Karena pengetahuan generasi terkait dengan Islam amat rendah, ditambah kebebasan (liberalisme) yang makin mengakar, sekularisasi kian gencar maka semua menerima ide dari kelompok pelangi (L68T) tadi. Dipercaya atau tidak, ternyata lewat bujuk dan rayu sehingga tak sedikit dari para pemuda alias generasi yang akhirnya mengekor menjadi bagian dari kaum pelangi tersebut. Sungguh, ini menjadi penyesalan yang luar biasa.
Ternyata tak hanya remaja, anak-anak menjadi tertular virus pelangi juga. Hal ini tak luput dari peran media sosial yang kini berkembang pesat. Semua mampu dan dapat diakses oleh semua orang, tak terkecuali anak-anak. Bahkan beberapa poadcash para artis ibu kota sengaja mengundang dan sengaja untuk memperkenalkan mereka ke ruang publik.
Tentunya agar semua bisa menghargai serta menghormati mereka (L68T) atas nama hak asasi manusia. Lagi-lagi konsep HAM menjadi dalih seseorang bebas untuk melakukan apapun semau dia. Padahal nyatanya perilaku mereka ini sungguh sangat buruk dan miris. Bahkan menjadi momok bagi sebuah negara. Jika mereka terus berkembang dengan pesat, maka tentu 'lost generation' sudah dipastikan terjadi. Ini menjadi bahaya yang pasti diterima, di samping memang karena perilaku mereka yang sangat bertentangan dengan Islam.
Allah Swt. menciptakan manusia dengan segala potensi yang diberikan kepadanya. Baik naluri, kebutuhan jasmani, dan akal. Semua diberikan sama oleh-Nya, tanpa ada kecuali. Sudah sepatutnya sebagai seorang hamba, maka kita menggunakan akal dengan sebaik mungkin, tentunya agar kita mengetahui kebenaran Islam dan aturan yang ada di dalamnya. Semua dilakukan agar kita berada pada jalur yang sesungguhnya, yaitu jalur yang ditetapkan Allah. Maka penting bagi kita untuk tahu dan menerapkan aturan yang terdapat dalam Islam. Apalagi sebagai generasi maka tugasnya akan bertambah karena perubahan dan peradaban akan berada pada tangan mereka. Dan hal tersebut menjadi tanggung jawab mereka.
Berkaitan dengan fakta di atas, maka Islam mempunyai gambaran tersendiri terkait dengan AIDS. Banyaknya para penderita ini diakibatkan oleh gaul tak sehat sekaligus perilaku menyimpang yang makin gencar dilakukan. Allah Swt. sudah melarang aktivitas penyuka jenis ini, bahkan telah diberikan contoh jelas. Bagaimana murka dan marahnya Allah ketika salah satu kaum nabi yang melakukan hal tersebut. Allah mengabadikannya dengan cara membuat manusia yang melakukan hal tersebut dijadikan batu. Sebagaimana Rasulullah saw. juga bersabda:
"Sesungguhnya perkara yang paling aku takuti pada umatku adalah munculnya perilaku kaum Luth.” (HR Tirmidzi)
Dan Allah Swt. berfirman :
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS. An-Nisa: 1)
Melihat pada firman Allah di atas, maka kita mendapatkan penjelasan detail terkait dengan mengapa diciptakan laki-laki dan perempuan?
Allah Swt. menciptakan dua golongan tersebut agar mereka saling mengenal dan kemudian bisa untuk berkembang (meneruskan keturunan). Bukan dengan sesama jenis, karena tentu tak akan mampu untuk meneruskan generasi.
Islam punya konsep terkait dengan meneruskan keturunan tadi. Bahwa laki-laki dan perempuan dapat bersama jika ia berada dalam sebuah ikatan suci. Yang sebelumnya juga melakukan perkenalan dengan syar'i yaitu ta'aruf (bukan pacaran).
Ada beberapa syarat jika ingin melangsungkan akad nikah. Setidaknya mereka adalah berlawanan jenis (laki-laki dan perempuan), sudah baligh, tak melakukan pacaran, mengetahui ilmu seputar keluarga (termasuk hak dan kewajiban sebagai istri dan suami), dan mampu. Jika hal tersebut telah ada maka bolehlah bagi muda-mudi untuk melakukan akad suci yang menggetarkan Arsy Allah Swt. Artinya akad ini benar-benar janji kedua insan dihadapan Rabb mereka. Kemudian mereka berdua juga harus menjadikan Islam sebagai fondasi ketika melakukan berbagai aktivitas di kehidupannya. Dengan itu semua, maka masalah AIDS tadi akan terhindarkan. Termasuk pula pada perilaku menyimpang, karena sesungguhnya Islam melaknat hal tersebut. Bahkan sampai mengundang murka dari Allah Swt.
Pada sisi masyarakat juga penting untuk melakukan amar makruf nahi munkar agar semua terkendali. Artinya sesuai dengan jalan bersama yaitu Islam. Karena sejatinya amar makruf berlangsung ketika institusi yang diterapkan berdasar pada Islam. Artinya negara menerapkan hukum syarak secara kafah. Tidak memilah dan memilih hukum, semua diterapkan dalam kehidupan manusia. Berikut juga negara akan mengontrol seluruh media sosial serta tontonan yang ada agar tak menyiarkan sesuatu di luar Islam. Dengan begitu maka insyaAllah semua akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan hukum syarak.
Sebagaimana hadis Rasulullah saw. menjelaskan bagaimana hukuman bagi kaum pelangi.
“Siapa yang menjumpai orang yang melakukan perbuatan homoseksual seperti perlakuan kaum Nabi Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya." (HR. Ahmad)
Alhasil, masalah HIV/AIDS dan L68T ini akan selesai jika Islam diterapkan dalam kehidupan manusia. Sebagaimana telah diterapkan selama 13 abad lamanya. Dan telah berhasil membentuk sosok generasi nan kuat serta tangguh. Tak hanya cerdas dalam hal keilmuan, namun menguasai ilmu Islam secara keseluruhan. MasyaAllah, semoga segera terterapkan kembali masa kedua ketika Islam diterapkan di dunia pada segala lini kehidupan manusia. Wallahu’alam.
Penulis: Mulyaningsih_Pemerhati Masalah AnakRemaja, dan Keluarga
Editor :Esti Maulenni