Pemuda Taat Syariat, Dapat Naungannya di Mahsyar Kelak

Foto ilustrasi. Sumber net.
Usia muda adalah fase yang paling mengesankan pada fase tumbuh kembang manusia. Pada saat itu bakat dan potensi seorang manusia bisa digali secara maksimal. Maka pemuda sering dikaitkan dengan perubahan, pemuda adalah agent of change. Usia muda juga merupakan salah satu kesempatan dari lima kesempatan yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. untuk dipergunakan secara maksimal sebelum datang masa tua.
Namun tantangan yang dihadapi pemuda saat ini di era globalisasi dan era digital begitu luar biasa, arus informasi tak terbendung, konten yang baik maupun yang tidak baik bertebaran tanpa filter. Oleh karena itu, pemuda harus punya benteng yang cukup untuk memilih konten yang baik, bahkah pemuda menjadi konten kreator. Keterampilan ini seharusnya menjadi media yang mewujudkan perubahan ke arah yang lebh baik.
Pemuda Ashabulkahfi adalah contoh real, betapa pemuda adalah sosok-sosok pemberani dan tangguh mempertahankan iman dan kebenaran, meski resiko berat harus dihadapi. Kemudian di masa Rasulullah saw,, diantara pemuda yang merupakan sahabat Beliau seperti Ali bin Abi Thalb, Usamah bin Zaid menunjukkan kebaraniaanya di medan perang, meninggikan kalimatullah. Pemuda sudah pasti telah baligh, maka ketika ia berakal dan memiliki penglihatan dan pendengaran atau salah satu dari keduanya. ia terkena beban hukum (taklif) yang akan dicatat pahala atau dosanya oleh malaikat pencatat.
Keberadaan pemuda menurut Imam syafi’i adalah dengan ilmu dan taqwa.Taqwa adalah bentuk ketundukan kepada aturan Allah SWT, yaitu menjalankan apa-apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya. Salah satu perintah Allah adalah mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar (dakwah), yaitu menjadi agen of change. Allah memberikan jaminan reward untuk pemuda yang ta’at kepada-Nya. Hal ini sebagaimana hadits berikut:
“Dari Abu Hurairah r.a ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah, di bawah naungan-Nya, pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh dalam keta’atan beribadah kepada Allah; seorang yang hatinya terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah; bertemu dan berpisah karena Allah; seseorang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita berkedudukan dan cantik, maka dia berkata, ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’; seseorang yang bershadaqah dengan suatu shadaqah, ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya, seseorang yang berdzikr kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (H.R. Bukhari)
Jaminan Allah itu berupa naungan spesial pada saat tidak ada naungan, selain naungan-Nya, yaitu di padang Mahsyar, saat seluruh manusia dikumpulkan sejak manusia pertama hingga manusia terakhir yang pernah hidup di dunia ini.
Pada saat itu manusia dibagikan raport amalnya selama hidup di dunia dan manusia bermacam-macam keadaannya, ada yang berkeringat ada yang dianungi, ada yang menyesali perbuatannya selama di dunia, ada yang berseri-seri karena keta’atannya kepada Allah telah mendapat balasan terbaik. Wallahu A’lam??
Editor :Esti Maulenni