Perlindungan Perempuan Ada, Ketika Islam Diterapkan di Dunia

SIGAPNEWS.CO.ID - Persoalan kekerasan terhadap perempuan, akhir-akhir ini sering terjadi. Berbagai penyebab dan dugaan akhirnya mencuat ke permukaan. Baik karena masalah ekonomi ataupun karena yang lainnya. Yang pasti, publik menganggap bahwa persoalan ini bak fenomena gunung es.
Pada 25 November sampai 10 Desember 2022 ternyata menjadi peringatan kampanye antikekerasan terhadap perempuan. Sebagaimana dikutip dari metro.tempo.co. (26/11/2022), selama 16 hari lamanya digunakan untuk kampanye antikekerasan oerempuan.
Provinsi DKI Jakarta sendiri menyediakan serta menciptakan ruang aman aman bagi kaum hawa. Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta mengadakan Road Show yang diisi dengan agenda membagikan sebanyak 200 paket kebutuhan spesifik anak dari Baznas (Badan Zakat Nasional), BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), dan dunia usaha.
Komnas Perempuan pun melaksanakan agenda (siaran pers) yang berkaitan dengan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan). Dalam agenda tersebut direkomendasikan upaya untuk lebih sistematis dalam menanggapi persoalan fesimida. Femisida sendiri adalah pembunuhan terhadap perempuan melalui kekerasan. Dalam konferensi tersebut disampaikan pula terkait dengan hak hidup sebagai hak paling asasi. Kemudian meminta seluruh pihak untuk peduli terhadap kasus femisida ini. (perempuan.go.id, 25/11/2022)
Sedih dan miris memang, ketika kita melihat persoalan ini. Muncul pertanyaan dalam benak kita, mengapa kasus kekerasan terhadap perempuan ini seperti tak mampu diatasi sampai pada akarnya? Bak seperti fenomena gunung es. Sedikit saja yang terlihat oleh kita, tetapi jauh di dalamnya begitu besar.
Jika sistem yang diterapkan masih berasal dari hasil pemikiran manusia, tentunya persoalan seperti di atas tak akan pernah menemui ujungnya. Pasalnya dalam sistem kapitalis saat ini, perempuan menjadi komoditas utama untuk memuluskan sektor ekonomi. Entah menjadi karyawan pabrik, sales, ataupun yang lainnya. Bahkan, jika kita melihat berbagai iklan baik di televisi atau media massa maka kita dapati seluruhnya pasti memakai perempuan.
Dari gambaran di atas, kemungkinan besar perempuan mendapatkan perlakuan kekerasan makin besar. Sebut saja jika ia menjadi karyawan atau buruh pabrik, maka kebijakan yang ada tentu akan merugikan perempuan. Misalnya saja pengurangan atau bahkan penghilangan cuti hamil dan menyusui. Belum lagi pelecehan seksual yang mungkin ia temui di tempat kerja. Jika melihat hal tersebut tentunya sangat merugikan bagi perempuan. Tapi apa mau dikata, demi membantu perekonomian keluarga akhirnya rela diberikan kebijakan apapun.
Read more info "Perlindungan Perempuan Ada, Ketika Islam Diterapkan di Dunia" on the next page :
Editor :Esti Maulenni