Ironi Seorang Ibu Penggerak Ekonomi

Foto ilustrasi.
Sudah tidak asing lagi bahwa setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu di Indonesia. Berbagai ucapan dan pemberian hadiah terbaik dari seorang anak untuk ibunya diberikan sebagai pelengkap peringatan hari ibu. Akan tetapi, pada peringatan hari kali ini mengusung tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju dengan sub-sub tema untuk mendukung tema tersebut salah satunya Kewirausahaan Perempuan Mempercepat Kesetaraan.
Adapun latar belakangnya yaitu, terbuktinya bahwa perempuan muncul sebagai penyelamat keluarga, dengan memulai usaha dan memasuki angkatan kerja sebagai dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak pekerja yang mengalami PHK. Namun perempuan mengalami banyak kesulitan dalam bekerja, memulai, mempertahankan dan mengembangkan usaha dibanding laki-laki. Adapun penyebabnya: norma gender yang diskriminatif, tingginya beban pekerjaan pengasuhan tak berbayar (unpaid care work), rendahnya akses terhadap aset produktif, kurangnya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, sulitnya akses finansial, kurangnya mentor dan jejaring usaha, serta kebijakan-kebijakan yang tidak ramah gender (UNICEF & UNDP, Adressing Gender Barriers to Entrepreneurship and Leadership Among Girls and Young Women in South-East Asia, 2021).
Tujuan: Mendorong kewirausahaan perempuan dengan mendorong adanya kebijakan publik untuk mengatasi unpaid care work. Mendorong peningkatan kemampuan wirausaha perempuan dalam pemanfaatan teknologi dalam berusaha. Mendorong kemampuan berwirausaha bagi perempuan penyintas kesetaraan.
(Tirto.id, 13/12/2022)
Tema utama tersebut ditetapkan untuk mendukung tema utama , yang semuanya mengarah kepada pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi kaum Ibu selalu digenjot untuk meningkatkan perekonomian keluarga juga negara. Hal ini disebabkan karena negara ini lebih mementingkan ekonomi dibanding kemaslahatan kaum ibu.
Pemberdayaan ekonomi kaum ibu sejatinya adalah eksploitasi, karena pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan. Di sistem saat ini seorang ibu memiliki peran ganda yaitu sebagai pemberdaya ekonomi sekaligus pendidik generasi. Pada faktanya para ibu lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dibandingkan mengurus dan mendidik anak. Pada akhirnya para ibu tidak fokus sebagai tugas utamanya yaitu mendidik anak. Jelas hal ini merupakan eksploitasi yang dapat merusak generasi masa depan anak-anak karena kehilangan sosok pendidik utama di rumah.
Pemberdayaan sebagai ibu generasi tentu butuh sistem pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan demikian ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya dan tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah.
Sistem Islam Pengayom Peran Ibu
Dalam sistem Islam seorang ibu diayomi dengan baik. Mereka ditempatkan sebagimana fitrahnya yakni di rumah mendidik putra putrinya sebagai Ummu warabatul bait dan madrasatul ula. Urusan pemenuhan kebutuhan ekonomi diserahkan kepada suaminya. Ketika suaminya tiada maka diserahkan kepada saudara laki-laki atau ayahnya dan apabila mereka semua tidak ada maka, diserahkan kepada negara. Negaralah yang bertanggung jawab pemenuhan kebutuhan ekonomi/nafkah bagi perempuan.
Di saat Barat menghina kan para perempuan dengan menjadikannya penggerak ekonomi. Islam justru menjadikan seorang ibu sebaga sosok yang mulia.
Walhasil, Islam kafah menjadi solusi agar perempuan khususnya ibu menjadi mulia dan terhormat.
Wallahualam bissawab.
Penulis: Sri Mulyati (Aktivis Muslimah) Sukabumi
Editor :Esti Maulenni