Antara Kapur Barus, Dengan Kematian

SIGAPNEWS.CO.ID - Yang namanya perempuan, pasti selalu saja ingin tercium wangi. Atau paling tidak, malu diri jika badan ini mengeluarkan bau yang tidak segar. Istilahnya, kalau pun tidak wangi, paling tidak jangan sampai tercium sama orang lain. Masa, akhwat badannya bau!
Solusi instan yang sekarang ini terjadi, yaitu memakai parfum, dan berbagai deodorant dengan varian aroma rasa yang banyak. Begitu juga dengan harga, sangat terjangkau murah-mahal itu relatif. Sang artis pun untuk kebutuhan badannya mampu mengocek harga dengan bandrol puluhan juta hanya untuk sebuah parfum.
Namun, ingatkah parfum apa yang terakhir kita pakai pada saat beres dari mandi? Yaitu kapur barus, yah! Benar, hanya aroma kamper atau kapur barus sebagai parfum terakhir yang kita butuhkan ketika jasad ini mulai beku. Baik yang kaya atau miskin, sudah diklaim menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Dimana ada jasad disana pula terdapat aroma bau kamper yang menyengat.
Pengalaman yang menjadi pelajaran, ketika suatu hari tak pernah terbayangkan sebelumnya akan mengalami apa yang kita tak suka dari aroma kapur atau kamper barus. Mencium aromanya, menumbuknya, dan apapun akan dilakukan ketika orang tua yang kita cintai meninggalkan anak-anak untuk selamanya.
Yah! Saat itu, yang dibutuhkan Ibu memang kapur barus. Sebuah parfum terakhir Ibu, saat beres dimandikan. Baunya yang menyengat, perasaan pun ikut tersayat. Disana, apapun mitos tentang kapur barus, yang jelas aroma itu tersemat pada jasad tubuh yang telah dipanggil oleh Sang Pencipta Allah SWT.
Yakinlah, Allah Swt begitu menyayangi hamba-Nya. Sehingga banyak jalan agar kaum muslim selalu ingat akan kematiannya. Bukan hanya dengan pergi berziarah ke-makam para leluhur saja, namun dengan aroma yang menyengat dari aroma kamper barus ini setidaknya dapat mengingatkan kita pada kematian. Bisa jadi dari baunya yang menyengat itu, dapat mengingatkan kita pada orang tua yang telah meninggal. Otomatis kita pun mendoakannya, dan lebih bagus lagi sedekah atas namanya.
Read more info "Antara Kapur Barus, Dengan Kematian" on the next page :
Editor :Esti Maulenni