Sekularisme Menyempitkan Fungsi Masjid

Benar, bahwa kita tidak boleh mengadu domba, harus membangun dan mengukuhkan persaudaraan umat Islam, akan tetapi tidak dengan mencurigai umat Islam yang mereka adalah rakyatnya sendiri.
Islam mengajarkan persaudaraan dan tidak boleh mengadu domba. Tetapi harus dipahami juga bahwa toleransi kebablasan bukan dari Islam, sehingga membiarkan ajaran yang salah dengan atas nama HAM, membiarkan hal-hal yang bertentangan Islam, atau menganggap semua agama sama, jelas semua ini bertentangan dengan Islam.
Karena Islam mengajarkan amar makruf nahi mungkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Bahkan hal ini merupakan kewajiban seorang muslim, termasuk mengoreksi penguasa.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam juga menyatakan dengan spesifik kewajiban serta keutamaan melakukan muhasabah (koreksi) kepada penguasa.
Al-Thariq menuturkan sebuah riwayat, “Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Saw. seraya bertanya, ‘Jihad apa yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Kalimat haq (kebenaran) yang disampaikan kepada penguasa yang zalim.’” (HR Imam Ahmad)
Bahkan dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. bersabda, “Pemimpin syuhada adalah Hamzah, serta laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim lalu ia menasihati penguasa tersebut, lantas penguasa itu membunuhnya.”(HR Hakim dari Jabir)
Dengan kondisi seperti ini, sesungguhnya umat Islam tidak perlu takut atau khawatir untuk tetap menyuarakan Islam, apalagi di tempat-tempat yang di dalamnya banyak berkumpul umat Islam yang sedang beribadah dan berbuat baik.
Dampak Politik ala Demokrasi
Perspektif bahwa masjid dibatasi untuk urusan ibadah mahdhah ini merupakan upaya para penjajah melalui kaki tangannya untuk mengerdilkan ideologi Islam. Mereka berupaya memunculkan pemahaman yang salah di tengah umat tentang makna politik dan masjid. Bagi mereka, masjid adalah tempat “suci” sehingga tidak boleh ada aktivitas politik.
Padahal, politik yang kotor adalah cerminan dari politik demokrasi. Kekhawatiran berpecah belahnya umat akibat masjid dijadikan tempat berpolitik muncul karena lemahnya pemahaman umat akan politik itu sendiri. Politik dalam demokrasi hanya terbatas pada politik praktis, sebagaimana diamalkan oleh parpol saat ini.
Read more info "Sekularisme Menyempitkan Fungsi Masjid" on the next page :
Editor :Esti Maulenni