Ironi Desakralisasi Al-Qur'an Ditengah Maulud Nabi

Islam Kafah ini tidak akan terwujud jika tidak ada yang memperjuangkan Al-Qur'an sebagai konstitusi negara. Hal ini kebanyakan kaum muslim tidak paham, bahkan mirisnya mereka menolak dengan serempak menyatakan bahwa Islam adalah garis keras. Padahal jika mereka paham sejarah bahwasannya perjuangan Rasulullah dari Mekah hingga ke Madinah semata-mata hanya untuk menerapkan Islam sebagai konstitusi negara.
Inilah keberhasilan kapitalisme yang telah mengopinikan bahwa Al-Quran tidak pantas menjadi solusi problematika saat ini melalui penerapannya dalam sebuah negara. Padahal semua itu akal busuk mereka yang serakah dalam menguasai negeri ini. Andaikan Al-Qur'an tersebut diterapkan, maka segala kepentingan bisnis akan terusik. Mereka akan diusir secara paksa oleh militer dan negara dan mereka akan dihentikan segala kontrak investasi tentang sumber daya alam. Al-Qur'an juga akan tegas mengembalikan sumber daya alam tersebut kepada miliknya, yakni rakyat.
Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang qoriah yang sedang membacakan ayat suci Al-Quran disawer. Apalagi, sampai menyelipkannya ke kerudungnya. Maka, sangat disayangkan karena qoriah hanya dianggap seperti biduan. Ketika suaranya bagus, maka penontonnya siap menyawer. Seharusnya mereka duduk dengan tenang dan meresapi atau menangis, mengapa Al-Qur'an hanya diterapkan dalam acara-acara ritual semata. Seperti, halnya peringatan maulid nabi. Dalam memperingati kelahiran Rasulullah mereka begitu bersemangat,tetapi dalam ajarannya mereka meninggalkannya.
Inilah kemunduran kaum muslim ketika Al-Quran tidak dijadikan konstitusi negara, ketika meninggalkan Bahasa Arab sebagai bahasa internasional.Mereka tidak tersentuh hatinya terhadap berita-berita dalam Al-Quran tersebut.
Bercermin pada Rasulullah Saw. ketika berdakwah di Mekah, sebagian orang kafir masuk Islam karena mendengarkan indahnya lantunan Al-Quran.
Jubair bin Muth'im masuk Islam karena mendengar lantunan surah Ath-Thur 35-38 yang menanyakan, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri."
Umar bin Al-Khaththab mendengar lantunan awal surah Thaha dan beliau tertegun kemudian beriman. Kemudian Suwaid bin Shamit dan Thufail bin Amr Ad-Dausi masuk Islam karena mendengarkan lantunan Al-Qur'an.
Metode ini pun dipakai oleh beberapa sahabat seperti Mush'ab bin 'Umair ketika berdakwah di Madinah sebelum Rasulullah Saw. hijrah. Beliau banyak membacakan Al-Qur'an ketika berdakwah.
Wallahua'lam bishawab.
Rati Suharjo - Pegiat Literasi AMK
Read more info "Ironi Desakralisasi Al-Qur'an Ditengah Maulud Nabi" on the next page :
Editor :Esti Maulenni