Korban Gempa Cianjur, Kapankah Nasibnya Akan Mujur?

SIGAPNEWS.CO.ID - Sudah jatuh masih tertimpa tangga pula. Peribahasa tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat Cianjur yang terdampak gempa. Bagaimana tidak?
Sebagaimana diketahui bersama, satu bulan sudah gempa bumi berkekuatan 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat. Namun, sampai saat ini sejumlah warga masih bertahan di tenda-tenda pengungsian. Mereka menanti kepastian untuk memulai kehidupan normal seperti dulu.
Sebagaimana dilansir oleh bbc.com pada 22/12/2022, Gempa Cianjur: Sebagian korban masih bertahan di tenda pengungsian, ‘terkatung-katung’ untuk memulai hidup normal.
Nasib yang terkatung-katung ini dialami warga karena di antara mereka banyak yang belum mendapatkan dana stimulus untuk memperbaiki rumah. Penyebabnya adalah adanya ketidaksinkronan data. Hal ini terjadi karena proses pendataan tidak akurat. Oleh karena itu para pengungsi berharap agar pemerintah melakukan pendataan ulang pada sejumlah korban gempa yang terdampak.
Data yang ada tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Korban yang tingkat kerusakan rumahnya berat pada faktanya mendapatkan dana untuk kerusakan rumah ringan. Sebaliknya korban yang rumahnya rusak ringan malah mendapatkan dana untuk perbaikan rumah rusak berat.
Bahkan tidak sedikit warga Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang tersebut yang belum menerima dana stimulan perbaikan rumahnya. Padahal desa mereka terkategori sebagai salah satu desa yang disebut dilalui patahan sesar aktif Cugenang. Apalagi di antara warga juga masih terdapat kegamangan menanti kepastian apakah mereka akan terdampak relokasi atau tidak.
Selanjutnya, dalam perkembangan di lapangan para pengungsi juga mengeluhkan banyaknya penyakit yang mulai menyerang mereka, di antaranya demam, batuk serta gatal-gatal. Kenyataan ini tentu sangat mempengaruhi psikologi mereka. Tak ketinggalan pula dengan beban mental yang harus mereka derita akibat dari dampak gempa yang meluluhlantakkan tempat tinggal dan lapangan pekerjaan mereka.
Memang, berbagai upaya baik penggalangan dana maupun bantuan berupa sandang dan pangan telah dilaksanakan dan dialirkan oleh berbagai elemen masyarakat. Namun, upaya itu tidaklah cukup untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa korban gempa tersebut. Masih banyak persoalan yang muncul di antara tumpukan masalah di depan mata mereka.
Kondisi ini membuktikan bahwa negara telah abai terhadap kebutuhan rakyat dan lalai dalam melindungi rakyatnya. Kelalaian pemerintah ini memang sudah menjadi karakter dan sifat bawaan rezim sistem politik demokrasi. Di berbagai penjuru dunia, negara yang menganut sistem seperti ini bisa dipastikan kelalaiannya dalam meriayah rakyatnya.
Sistem demokrasi yang asal muasalnya dari sistem kapitalis tentu saja akan mendahulukan kepentingan para penguasa. Kepentingan tersebut nota bene adalah kepentingan para pemilik modal. Sehingga apa pun yang diupayakan haruslah yang mendatangkan keuntungan secara fisik atau materi.
Oleh karena itu semua program yang diusung dipastikan mendatangkan hasil bagi para pemilik modal. Dari sini wajar apabila kemudian kepentingan rakyat diabaikan. Kalau pun diupayakan untuk rakyat maka itu hanyalah lipservice semata.
Padahal hanya kepada negaralah rakyat berharap. Maka tampak jelas ketidakoptimalan pelayanan terhadap korban gempa. Apalagi persoalan utama mereka adalah rumah, yang nota bene merupakan tempat tinggal yang ideal. Seharusnya negara bergerak cepat untuk menyelesaikannya, mengingat Cianjur adalah sesar gempa. Sungguh miris.
Sebaliknya, jika kita menengok pada sistem Islam, sungguh Islam telah menanganinya secara tuntas. Sehingga masyarakat yang berada di dalamnya benar-benar merasakan nikmatnya hidup dalam naungan sistem ini. Semua ini merujuk pada sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas, maka pemimpin dipastikan akan menunaikan semua tanggung jawabnya, karena hal itu akan berimbas tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Maka penanganan bencana alam secara penuh menjadi tugas dan tanggung jawab pemimpin. Selanjutnya, upaya ini mengharuskan adanya manajemen, khususnya manajemen terhadap bencana yang jitu. Manajemen ini wajib merujuk pada manajemen bencana dalam sistem negara Islamiyah, yang terbagi menjadi 3 macam penanganan, yaitu penanganan prabencana, ketika bencana, dan pasca bencana.
Read more info "Korban Gempa Cianjur, Kapankah Nasibnya Akan Mujur?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni