Meneropong Arah Perubahan

Sudah semestinya umat benar-benar memahami situasi buruk hari ini memang berakar dari kerusakan sistem. Yakni sistem demokrasi sekuler kapitalis neoliberal yang tegak di atas akidah rusak dan bertumpu pada akal manusia yang serba lemah dan aturan-aturannya melahirkan kekacauan.
Perubahan hakiki yang bisa membalik keadaan tentu tak cukup hanya dengan pergantian orang. Harus dengan mencampakkan sistem rusak ini dan menggantinya dengan sistem yang benar.
Yakni sistem yang tegak di atas akidah sahih, dan darinya lahir aturan yang mampu memecahkan seluruh masalah kehidupan dengan pemecahan yang benar dan mendasar. Itulah sistem atau kepemimpinan Islam!
Oleh karenanya, menghadirkan sistem Islam harus menjadi visi perubahan yang diperjuangkan umat. Dan untuk itu dibutuhkan upaya serius dan terarah agar terwujud kesadaran umat akan realitas Islam sebagai sebuah ideologi.
Islam tidak hanya dipahami ritual, tetapi sebagai solusi seluruh problematik kehidupan. Islam yang tak hanya bicara urusan langit, tapi juga mengatur urusan-urusan kehidupan.
Menentukan Tujuan Perjuangan
Perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan akan bergerak tanpa arah. Karenanya, perjuangan yang dilakukan umat Islam sudah semestinya diawali dengan penetapan tujuannya, semata untuk menegakkan kebenaran Islam.
Jadi, tujuan yang dihunjamkan bukan semata mengganti rezim. Namun untuk mengenyahkan sistem sesat yang telah melahirkan rezim zalim dan menghantarkan pada penderitaan umat.
Oleh karena itu, standar keberhasilannya adalah ketika sistem salah tersebut ditinggalkan diganti dengan sistem Islam yang akan menerapkan syariat Islam secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Bukan semata dengan bergantinya orang.
Pembatasan perjuangan semata untuk meninggikan risalah Allah telah dijelaskan Rasulullah ? dalam hadis berikut,
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Al ‘Ala, Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan yang lainnya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al A’masy dari Syaqiq dari Abu Musa dia berkata,
“Rasulullah ? pernah ditanya mengenai seorang laki-laki yang berperang supaya dikatakan pemberani, berjuang karena membela kesukuan dan berjuang karena ingin dipuji, maka manakah yang disebut berjuang di jalan Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda, “Barang siapa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah setinggi-tingginya, maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah.” (Hadis Sahih Muslim No. 3525 – Kitab Kepemimpinan).
Read more info "Meneropong Arah Perubahan" on the next page :
Editor :Esti Maulenni