Meneropong Arah Perubahan

Hasil Gemilang Metode Dakwah Rasul
“Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Ibrahim: 4)
Petunjuk dan penjelasan telah sempurna atas diri Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Tuntutan syariat akan kewajiban penegakan Khilafah juga telah disempurnakan dengan contoh nyata bagaimana metode sahih yang dilakukan Rasulullah saw. untuk sampai pada penegakan sistem Islam di Madinah.
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
Bisyarah Rasulullah atas jaminan pasti kembalinya fase Khilafah ala minjaahin nubuwwah yang kedua, dalam hadis riwayat Ahmad, cukup untuk menjawab keraguan akankah Khilafah yang tegak nanti bersih dari keburukan-keburukan penerapan Islam sebagaimana terjadi pada masa lalu.
Lafaz “?? ???? ????? ??? ????? ??????” dengan ” ?????” berharakat fathah sebagai khobar kaana, menunjukkan fase kelima, kekhilafahan yang sebentar lagi tegak biidznillah adalah Khilafah yang sesuai dengan masa khulafaur rasyidiin yang mulia.
Telaah terhadap sirah dakwah Rasulullah saw. dan pengkajian terhadap surat Ali ‘Imran ayat 104 menjelaskan bahwa karakter dakwah Rasul dalam melakukan transformasi masyarakat jahiliah (Arab) menuju masyarakat Islam (Madinah) bersifat pemikiran, politik, berjamaah dalam sebuah partai politik Islam, dan tanpa kekerasan.
Bukan dengan jalan kudeta dan makar
Metode dakwah Rasul mewajibkan perubahan diambil melalui dua jalan, yakni jalan umat (thariqah umat), dan penyerahan kekuasaan dari ahlun nushrah (thalabun nushrah).
Melalui dakwah Mush’ab bin Umair selama setahun di Yatsrib kepada seluruh penduduk, sampai terbangun kesadaran imani menginginkan penerapan Islam, dilanjutkan dengan penyerahan kekuasaan Yatsrib oleh Sa’ad bin Muadz, pemimpin Yatsrib kepada Muhammad saw. melalui peristiwa Bai’at Aqabah II.
Inilah metode perubahan gemilang yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia, namun berhasil dicontohkan oleh Islam. Maka, siapa saja yang bersungguh-sungguh menapaki jalan yang sama, fainsya Allah akan mendapatkan hasil yang sama pula. Wallaahu a’lam bish shawab.
Read more info "Meneropong Arah Perubahan" on the next page :
Editor :Esti Maulenni